Inflasi adalah topik global ekonomi saat ini. Banyak negara mengalami inflasi cukup tinggi bahkan melebihi konsensus atau perkiraan.
Inflasi sebenarnya adalah hal yang baik jika kenaikannya wajar yaitu di sekitaran 2-3%. Namun inflasi saat ini sudah melebihi batas kewajaran.
Terakhir inflasi Amerika dikabarkan mencapai 8.2%.
Mengingat inflasi yang terlalu tinggi tidak baik, maka pemerintah melalui central bank akan berusaha menurunkan inflasi dengan cara menaikkan suku bunga.
Logikanya: Suku bunga yang makin tinggi artinya bunga pinjaman makin tinggi, Kemudian masyarakat akan lebih berpikir untuk meminjam uang. Ini kemudian menekan konsumsi yang berpotensi menurunkan inflasi.
Suku bunga yang semakin tinggi juga akan meningkatkan bunga dalam bentuk deposito atau obligasi sehingga masyarakat akan lebih tertarik menyimpan uangnya ketimbang membelanjakan.
Jadi saat terjadi inflasi tinggi, pemerintah akan menaikkan suku bunga untuk menekan inflasi.
Pada chart di atas, garis biru adalah inflasi Amerika dan garis merah adalah suku bunga.
Keduanya bergerak beriringan yang terlihat pada “Significant Positive Correlation” pada indikator dibawah.
Keduanya, inflasi dan kenaikan suku bunga bisa menjadi katalis untuk resesi dimana:
1. kenaikan suku bunga akan memperlambat ekonomi (makin sedikit pinjaman yang tersalurkan dan menurunnya konsumsi masyarakat)
2. Pendapatan perusahaan akan menurun akibat menurunnya konsumsi masyarakat. Penurunan pendapatan berpotensi membuat perusahaan untuk menurunkan beban salah satunya dengan PHK yang berkorelasi terhadap jumlah pengangguran.
3. Tingginya tingkat pengangguran kemudian kembali lagi berpotensi menurunkan konsumsi yang kemudian berpotensi lagi menurunkan pendapatan perusahaan (lagi) namun juga berpotensi menurunkan harga atau dengan kata lain menurunkan inflasi.
Langkah ke 2 dan 3 ibarat pil obat pahit untuk menyembuhkan ekonomi, dalam hal ini inflasi yang terlalu tinggi.
Dikatakan pahit karena masyarakat akan mengalami dua hal yang ironis: harga naik tapi malah kehilangan pekerjaan. Kemudian menurunnya konsumsi masyarakat akan berdampak terhadap GDP karena konsumsi masyarakat berkontribusi 70% terhadap GDP.
Jadi konsumsi menurun GDP turun.
Jika kemudian GDP turun dua kuartal berturut-turut ? Ini kemudian yang disebut resesi.
The information and publications are not meant to be, and do not constitute, financial, investment, trading, or other types of advice or recommendations supplied or endorsed by TradingView. Read more in the Terms of Use.